anak perempuan

dulu bapak pernah bilang "selama bapak besarin empat anak-anak perempuan bapak ini, bapak udah abisin dua truk obat sakit kepala" tentu saja kalimat itu bukanlah makna yang sebenarnya. ya. bapak saya memang agak sedikit hiperbola haha. dulu respon saya mendengar kalimat bapak kayak "mang eak?" ngga, ding. gak gitu. gak tau juga dulu saya merespon seperti apa. nampaknya otakku tak menyimpan ingatan itu.

pak, pasti berat ya mengurus empat anak perempuan sendirian? sejak tulisan ini dibuat bapak udah hebat banget membesarkan kami dengan sepenuh hati seperti anak sendiri (ya memang anak sendiri sih, emang malika?). semoga kedepannya kami bisa membanggakan bapak ya, bisa jadi anak-anak yang solehah, aamiin.

sekarang kerjaan saya berhubungan dengan anak-anak perempuan juga loh pak. gak cuma empat, ada empat puluh lima. usianya setara sih, di usia remaja semua (15-18 th). banyak sekali suka dan dukanya pak. kalo urusan tangis, gak usah ditanya karena udah langganan. bahkan sampai nambah penyakit baru, pak. bapak kalo baca ini pasti sedih. jangan sedih ya pak, ini pelajaran hidup hehe. sekalian belajar merasakan apa yang bapak rasakan saat ngebesarin saya. karena kelakuan saya sama anak-anak ini nampaknya gak beda jauh pak. ok, kayaknya udah cukup prolognya. 

kita memasuki cerita tentang anak-anak perempuanku. ada baiknya kita cerita yang baiknya dulu, yang buat senyum-senyum, yang buat berbunga-bunga. 
saya yakin kalau sebenarnya mereka anak yang baik. (ah kenapa susah sekali ngetik bagian ini?). saat bersama anak-anak perempuanku, aku merasa dibutuhkan. perasaan itu yang jarang sekali kurasakan saat bersama orang lain. pagi buta mereka sudah cerita kalo badannya terkena tomcat, matanya bengkak, abis kepeleset di wc, jilbab hilang, baju yang datang dari laundry gak bersih, hari ini ulangan mapel a, lagi berantem sama kawannya, lagi sakit kepala karena masalah di rumah dan habis kena sindiran guru di kelasnya, terciduk pacaran, ahh masih banyak lagi. 
nak, asal kalian tau. saya senang sekali kalau kalian jadikan kawan cerita, jadi orang yang kalian cari saat kalian butuh dukungan, jadi orang yang kalian cari saat kalian butuh semangat, saat jadi orang yang kalian ceritakan apa yang terjadi seharian di sekolah, jadi orang yang kalian cari saat kalian rasa dunia jahat sama kalian. saya suka itu. suka sekali. 
bahkan saat tadi subuh kajian saya selalu menatap kalian, membayangkan bagaimana jika saat waktunya tiba saya harus meninggalkan kalian? atau sebaliknya. sebenarnya banyak hal-hal menyenangkan saat bersama kalian, tapi untuk saat ini itu dulu, ya. 


meski hal baik dan senangnya membuat melayang tinggi, gak sedikit pula terdapat hal-hal yang membuat naik pitam. saat kalian saya beri kelonggaran kalian malah melalaikan apa yang telah disepakati, melanggar aturan dan perjanjian yang telah kita sepakati. itu cukup mengecewakan. padahal yang saya minta pun gak aneh-aneh, sama seperti angkatan lainnya; datang awal ke masjid, hadir (baca:tidak tidur) saat kajian, menjaga kebersihan asrama dan gak melanggar tatib. apa sesulit itu? saya sebenarnya kasihan sama kalian, kalian dipandang jelek oleh orang lain, dianggap durhaka, dianggap liar, dan hal yang tidak baik lainnya. saya cuma ingin merangkul kalian, membina, membimbing kalian, biar apa? biar kalian bisa buktikan bahwa apa yang mereka katakan tidak sepenuhnya benar. ada hal yang melatarbelakangi kenapa kalian melakukan hal seperti itu. boleh jadi kalian lagi kacau karena kondisi keluarga di rumah, boleh jadi karena kalian butuh perhatian, dan kemungkinan yang lain. mungkin bagian sebagian orang memahami orang lain itu sulit, tapi kenapa kita tidak coba(?). 
mungkin jika ada rahang orang patah karena bicara hal itu-itu saja, saya adalah orang itu. beratus-ratus kali saya harus ingatkan kalian. saya pun terkadang iri melihat anak orang lain yang tanpa dibangunkan subuh, masjid sudah penuh sebelum iqomah; yang tanpa dikejar ke asrama, kajian sudah datang awal; yang tanpa dicari dulu ke asrama mereka sudah berangkat semua ke sekolah; yang tanpa dijelaskan kalo gak boleh main laptop di kamar mereka gak main di kamar; yang tanpa dijelaskan kalau bawa hp dan modem gak boleh, mereka gak bawa. 

seringkali melihat kelakuan ajaib kalian, rasanya saya pengen tampar dan tempeleng satu-satu. tapi saya ingat kata salah satu ustadz saat kajian bahwa kalian adalah umat rasulullah shalallahu alaihi wasallam, yang mana beliau khawatir saat di akhir hayatnya. mana mungkin saya dzolim pada umat beliau, terlebih lagi kalian para penuntut ilmu yang derajatnya sangat tinggi. jadi keinginan saya itu cukup dipendam, paling tidak cukup dengan membayangkan memukulnya saja. hahaha. 

hal ini bukan tidak pernah saya ceritakan kepada Tuhan saya, saya sering kali mengadu kepada Allah mengenai kalian wahai anak-anak perempuanku. hingga saya menyadari bahwa boleh jadi Allah ingin menegur saya melalui kalian. mungkin karena dosa dan kesalahan yang telah saya perbuat, Allah menjadikan kalian pembangkang, malas, mengantuk, kurang ajar, punya akhlak buruk dan yang lain sebagainya. sehingga saya harus segera muhasabah diri dan introspeksi diri jangan sampai malah langsung menyalahkan kalian. 
anyway, terima kasih satu tahunnya hope it's still counting until beres kewajiban saya bersama kalian. 

(sebagaimana kalian biasa memanggil saya "ustadzah") ustadzah sayang kalian. 
ustadzah akan selalu ingat kalian satu-satu. 


with love,
lidia. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

blessed

Past Reflection