Chasing my dream

Eyyo wazzapp (bjir sok asik)! FYI kalau kalian baca ini, artinya aku lagi duduk di gedung FKM UI, nunggu jadwal tes SIMAK UI buat S2 Magister Psikologi . Yes, I’m just hours away from chasing my dream to be a UI master’s student! Merinding, excited, deg-degan—semua campur aduk. Jujur, gak nyangka banget bisa sampai di titik ini. So, let me take you through my rollercoaster journey dari bingung pilih kampus sampe akhirnya berani bilang, “I’m ready for this!”

The Dilemma: UI or UGM?

Awal mula, aku bener-bener stuck milih antara UI dan UGM buat S2 Psikologi. UI was my dream campus sejak SMA—reputasinya, living allowance LPDP yang lebih gede, dan sistem LoA dulu baru matrikulasi bikin aku ngiler. Tapi, SIMAK UI tuh gak gampang, dan biaya daftar 1,3 juta bikin aku mikir, “Sayang duit kalau gak lolos.” Di sisi lain, UGM keliatan lebih chill—aku udah familiar sama Jogja, dan suasananya kayaknya lebih santai. Tapi, prapasca UGM mahal (10 juta!), plus biaya hidup 6 bulan gak dicover LPDP. It was a tough call, dan aku beneran overthinking.

Aku diskusi sama temen, nyari advice, dan akhirnya mutusin: UI or nothing. Kenapa? Because it’s my dream, and I didn’t wanna live with “what ifs.” Aku takut nyesel kalau gak nyoba, so I took the leap. Hari terakhir pendaftaran, aku submit aplikasi UI. Heart was racing, but it felt so right.

Picking Psikologi Pendidikan

Trus, ada drama lain: pilih peminatan apa? Aku bimbang antara Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sosial. Pendidikan lebih praktis—cocok buat aku dan suka ngajar (aku pernah ngajar di MAN Insan Cendekia, lho!). Sosial keren buat yang suka analisis masyarakat, tapi kurang jelas kariernya di aku. Setelah ngobrol sama temen psikologi dan mikir panjang, I chose Psikologi Pendidikan. It felt like the perfect fit—bisa bantu orang atau kerja di EdTech. Plus katanya, UI punya nama besar di bidang ini.

The Prep: SIMAK UI Showdown

Tes SIMAK UI jadi next hurdle. TPA sama Bahasa Inggris—dua monster yang harus ditaklukin. Aku latihan mati-matian (lebay): soal deret angka, analogi, reading comprehension, sampe grammar TOEFL. Kadang ngerasa “bisa nih,” kadang juga “anjir, ini susah banget.” Tapi aku inget pengalaman ngajar di boarding school—kalau aku bisa handle anak-anak remaja, masa tes gini gak bisa? (korelasinya apa ya kak?) Semangatnya naik-turun, tapi I kept pushing.

Today: The Big Day

And here I am, 19 April 2025, di gedung FKM UI, nunggu tes jam 12.30 WIB. Rasa deg-degannya kayak mau ketemu crush, tapi kali ini crush-nya adalah mimpiku. Aku bangga banget sama diri sendiri—dari ragu-ragu sampe berani ambil risiko. Even if pengumuman 9 Mei nanti belum rezekiku, I’m already proud. Aku udah berani bermimpi dan melangkah. Muacchhh :*

What’s Next?

Sambil nunggu hasil, aku mau keep learning. Mungkin dalemin lagi teori psikologi pendidikan atau daftar di UGM juga (doain ya, guys!). Aku juga pengen share perjalanan ini biar bisa diinget lagi: it’s okay to be scared, asal gak berhenti melangkah. UI might be my dream campus, but the real dream is becoming someone who makes a difference in education. Eaaaaa ><

So, wish me luck for SIMAK UI! And to anyone out there chasing their own dreams—keep going. You’ve got this. Let’s be dreamchasers together!✨

Komentar

Postingan populer dari blog ini

anak perempuan

blessed

Past Reflection